Friday, September 29, 2006

" Putie & Weby " (12 Agustus 2006)



Selamat menempuh hidup baru....

Semoga menjadi keluarga yang rukun, bahagia, sejahtera, tentram, dikaruniai putra&putri yang baik,sehat, shaleh dan berbakti pada orang tua...

Amien...amien....amien.....

salam,

Thursday, September 28, 2006

" Saat rindu menyengat diri...." (11 Agustus 2006)

Musim panas itu menyeronokkan
hujan itu menyegarkan
angin itu menguatkan
salji itu menggembirakan;
yang dikatakan cuaca buruk itu sebenarnya tiada,
yang ada hanya jenis-jenis cuaca baik yang berbeza sahaja.
Daripada sesuatu yang buruk itu sentiasa lahir sesuatu yang baik.
Adalah penting sekali bagi anda untuk menyedari bahawa kita sepatutnya belajar meskipun dalam waktu bagus.
Dan bagaimanakah kita boleh berbuat begitu?
Dengan sekali-sekala merenungkan waktu-waktu sukar, ketika kita menderita, ketika kita bermurung, ketika segala-galanya seperti menentang kita ?
kerana hanya waktu-waktu sukar sahaja yang memberi pelajaran terbaik.
Perjuangan memaksa kita bergerak tatkala kita selainnya cenderung berehat. Dan ia membawa kita kesudahannya kepada kesedaran penuh bahawa kejayaan hanya akan tercapai melalui perjuangan.
Tiada apa pun yang bernilai dalam hidup ini yang mungkin diperolehi tanpa perjuangan.
Jikalau ia mudah diperolehi, sudah tentu semua orang akan mendapatkannya.
Perjuangan hidup, penderitaan jiwa, dan seksaan itu semuanya perlu jika anda ingin menjadi unggul.
Jadi janganlah memaki-hamun dan menyumpah seranah,
tetapi di sebaliknya fahamilah dan hargailah pengalaman-pengalam an sedemikian ketika anda mengalaminya kerana ia merupakan sebahagian daripada penyempurnaan seorang manusia.
Perjuangan hidup, dalam kebanyakan hal, diperjuangi secara mendaki keatas, dan menang tanpa pergelutan adalah hampir seperti menang tanpa kebanggan. Jika tiada kesukaran, tidak akan ada kejayaan;
jika tiada apa-apa yang dipergelutkan, tiada apa-apa jua yang akan tercapai. Kesukaran mungkin menggerunkan mereka yang lemah,
tetapi memberi peransang menyegarkan kepada orang yang tegas dan berani.
Segala pengalaman hidup sememangnya berperanan untuk membuktikan bahawa rintangan yang menghalang kemajuan manusia mungkin, kebanyakannya, diatasi dengan perilaku baik, semangat yang jujur, kecergasan, ketabahan, dan dengan keazaman untuk mengatasi sebarang kesukaran.
Jalan di depan masih panjang dan berliku,
jangan bimbang perjalanan itu melelahkan dan menyakitkan.
Jangan takut rebah.
Walaupun tindakan yang paling baik anda perlu lakukan adalah bangun semula, tapi bangun semula juga perlukan kekuatan yang bukan sedikit.

Janganlah bermuram...
Isikanlah ruang waktu persahabatan yang ada dengan gurauan dan senyuman. Nanti bila berpisah, ada sesuatu yang manis untuk dikenangkan.

Kelembutan adalah senjata memadamkan api kemarahan.

Andai hidup punca perpisahan,
biarlah mati menyambungnya semula.
namus seandainya mati punca perpisahan.
biarlah hidup ini membawa arti yang nyata

posted by : Farid Hadiaman

----------------------------------------------------------------------------


Jarak,
mengapa kau menghalangi
saat rindu menyengat diri

Rindu,
mengapa kau hadir kembali
saat gundah menghampiri sepi

Gundah,
mengapa kau mengganggu
saat hati tak menentu

Hati,
mengapa kau bergejolak
saat hasrat bergeletak

Hasrat,
mengapa kau menggoda
saat cinta menyapa

Cinta,
mengapa kau merayu
saat bimbang menyerbu

Bimbang,
mengapa kau bersimpuh
saat jarak berlabuh ??
halahh.....

by : Farid Hadiaman

-----------------------------------------------------------------------------

posted by Dik Putri Dwithasari

Melapisi bumi dengan lembaran kulit
tidaklah dapat dilakukan karena tidak akan cukup.
Letakkan sepotong kulit di kakimu;
Hal itu seperti kamu telah menutupi seluruh dunia.

Thanks to my bro - Dowy M'00.

-------------------------------------------------------------------------------

posted by Feri Susanti


Paradox Of Our Times

We have taller buildings, but shorter tempers;
Wider freeways, but narrower viewpoints;
We spend more, but have little;
We buy more and enjoy it less.

We have bigger houses and smaller families;
More conveniences, but less time;
We have more degrees, but less common sense;
More knowledge, but less judgement;
More experts, but more problems;
More medicine, but less wellness.

We spend too recklessly, laugh too little,
Drive too fast, get too angry too quickly,
Stay up too late, get up too tired, Read too seldom,
Watch TV too much, and don't pray often enough.

We have multiplied our possessions, but reduced our values.
We talk too much, love too seldom and lie too often.
We've learned how to make a living, but not a life;
We've added years to life, not life to years.

We've been all the way to the moon and back,
But have trouble crossing the street to meet the new neighbor.
We've conquered outer space, but not inner space;
We've done larger things, but not better things;
We've cleaned up the air, but polluted the soul;
We've split the atom, but not our prejudice;
We write more, but learn less.

We've learned to rush, but not to wait;
We have higher incomes; but lower morals;
More food but less appeasement;
More acquaintances, but fewer friends;
More effort but less success.
We build better computers to hold more information,
Produce more copies than ever, yet have less communication;
We've become long on quantity, but short on quality.
These are the times of fast foods and upset stomachs;
More kinds of food, but less nutrition.
These are the times of world peace, but domestic warfare;
More leisure and less fun;
These are the days of two incomes, but more divorce;
Of fancier houses, but broken homes;
Tall men and short character;
Steep profits, and shallow relationships.
These are days of quick trips, throwaway morality,
One-night stands, and pills that do everything from
Cheer, to quiet, to kill.
It is a time when there is much in the show window,
And nothing in the stockroom.
Think about it (nn).

-------------------------------------------------------------------------------------

"Kerendahan Hati.... (4 Agustus 2006)


posted by May Sari

KERENDAHAN HATI
Kalau engkau tak mampu menjadi beringin yang tegak di puncak bukit, jadilah saja belukar
Tetapi belukar terbaik yang tumbuh di tepi danau

Kalau engkau masih tak sanggup menjadi belukar, jadilah saja rumput
Tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan
Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya, jadilah saja jalan setapak
Tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air

Tidak semua orang akan menjadi kapten, tentu harus ada awak kapalnya
Bukan besar kecilnya tugas yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu

Jadilah saja dirimu sendiri sebaik-baiknya dari nilai dirimu sendiri

(Iwan Abdurahman)

-----------------------------------------------------------------------
posted by Ami

Buat Putie,
Selamat bersiap-siap, sukses ya…. :)

Shakespeare, sonnet #116:

Let me not to the marriage of true minds

admit impediments. Love is no love

Which alters when it alteration finds,

Or bends with the remover to remove:

O, no! It is an ever-fixed mark

That looks on tempests and is never shaken;

It is the star to every wandering bark,

Whose worth's unknown, although his height be taken.

Love's not Time's fool, though rosy lips and cheeks

Within his bending sickle's compass come;

Love alters not with his brief hours and weeks,

But bears it out even to the edge of doom.

If this be error and upon me proved,

I never writ, nor no man ever loved.

-------------------------------------------------------------------------

In Memorian to Ahmad Bakti (Bakul, EL' & LFM'94)

Aku memang tidak begitu mengerti tentang mati
dan aku juga tidak begitu paham dengan hidup

Menjadi bahagia tidaklah selalu riang
Sengsara, siapa bilang harus sedih

Apakah hanya sedetik tuk hilangkan semua
sementara selama ini waktu tlah habis untuk dapatkan sesaat
dan.....

beribu pertanyaan, pernyataan, sanggahan,
akan mengalir, hanyut terbawa arus
tak berhenti terantuk batu, terhalang ranting
entah hinggap dimana

hanya serintik doa
dari tetes mata dalam tunduk sujud
coba kualirkan
semoga kini membasahi pangkuan-Mu

mas arief
balikpapan, 4 Agustus 2006

Tuhan Sembilan Senti..... (30 Juni 2006)

Posted by Diah Kusumawati

Tuhan Sembilan Senti
Oleh Taufiq Ismail


Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,
Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena,
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,
Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.
Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.