Friday, December 29, 2006

" I'm weird... :-P " (29 Dec 2006)

i'm a weird (maybe that's what i am...)

this morning a friend called me 'weird'
'weird' is a funny thing, it's all or nothing
so i guess i should be proud of myself for being 'weird',
not 'sometimes weird' or 'a little weird'

and being a weird person i am,
i can frankly tell who's with me,
but... who am i judging people for being weird?
that will not make me any better than them
and again, i'm just a weird...

feri-
balikpapan 291206

------------------------------------------------------------------------------------


Semalem...

Tit..tit..tit suara dibawah bantal yang memekakkan malem senyap
terdengar jam berdentang 2 kali dengan bunyian gending jawa sayup disana

1/2 bola mata memandang sambil lalu..ada sebaris kata disana..

'Kita puasa besok ya...'

Mawija, 2 AM 29 Dec 2006

Salam,
Habib

---------------------------------------------------------------------------------

Sepersekian detik…..

Saat itu sore hari,
ujung dari hari yang tidak terlalu menyengat
awan gelap membentang sepanjang garis cakrawala
rasanya sebentar lagi matahari akan bersembunyi dengan tenang di baliknya

Sampai saat itu,
Mata belum juga lelah untuk membidik lewat lubang lensa kamera
Jari jemari masih lincah menari memainkan lensa maju mundur
Mencoba menangkap garis-garis sinar yang ada

Dari seberang jalan terlihat pemandangan orang yang lalu lalang dengan latar belakang laut sore hari
Hmmm…..cukup indah…

Perlahan pemandangan dari balik jendela kamera memipir pinggiran pantai
Penjual kopi, Anak2 muda bergerombol mengobrol di tengah motor2nya,
Pasangan muda dengan sang buah hati dalam kereta dorong,
Mobil dan motor lalu lalang
Penjual jagung mengipas arang dengan asapnya yang mengepul
Sepasang muda-mudi duduk berdempetan di trotoar
Lalu…..

Seorang perempuan yang tatapan matanya tepat tertuju padaku

Sepertinya dia sedang tersenyum…
Hmm... tapi itu tidak bisa aku pastikan, karena dalam waktu sepersekian detik itu aku tidak sempat melihat ke arah mulut dan bibirnya sehingga aku tidak bisa memastikan apakah dia tersenyum atau bahkan sebaliknya ketika dirinya tahu bahwa lensa kameraku tepat mengarah kepadanya.
Dalam sepersekian detik itu aku hanya bisa pastikan bahwa matanya memandang ke arahku.
Baik dia tersenyum atau tidak sebenarnya tidak jadi soal, karena yang pasti dalam waktu sepersekian detik itu aku bahkan tidak sempat melihat ke arah pipinya sehingga aku tidak bisa mengetahui apakah ada tanda-tanda sedikit senyuman hadir disana.
Apakah dia kesal dan merasa terganggu dengan lensa kameraku yang mengarah tepat ke arahnya?
Hmm… mungkin saja, tapi seharusnya tidak, karena hanya dalam waktu sepersekian detik saja kameraku mengarah kepadanya dan oleh karena itu aku hanya bisa melihat matanya melihat ke arahku dalam waktu sepersekian detik lamanya.
Bisa jadi dia mencoba mengenaliku, orang yang tiba-tiba mengarahkan kamera kearahnya sepersekian detik lamanya.
Tapi tentu dia tidak bisa menyadari apakah aku dia kenal atau tidak, karena dalam waktu sepersekian detik tentu aku tidak akan sempat untuk menurunkan kamera sehingga dia bisa mengenaliku.
Atau mungkin dia merasa senang dirinya akan difoto olehku he..he..walaupun demikian mungkin rasa senang itu akan hilang karena aku hanya mengarahkan kameraku selama sepersekian detik saja ke arahnya.
Sebenarnya aku juga tidak bisa tahu apakah rasa senangnya itu benar-benar ada dan kemudian hilang setelah sepersekian detik kemudian aku mengarahkan kameraku ke arah lain. Eh… tapi jangan-jangan orang itu memang orang yang aku kenal. Aduh… aku jadi merasa tidak enak kalau memang benar dia orang yang aku kenal dan aku tidak memberi salam padanya dan bahkan hanya melihat selama sepersekian detik ke arahnya.
Maafkan ya.. karena memang cukup sulit untuk mengenal orang bila hanya dengan melihat tatapan mata dari balik kamera apalagi hanya dalam waktu sepersekian detik di sore hari yang tidak terlalu terang ini. Rasanya tidak enak juga membidik kamera ke arah perempuan yang belum kita kenal dalam waktu lebih dari sepersekian detik lamanya. Eh…sebentar-sebentar… darimana bisa aku pastikan bahwa tatapan mata tadi adalah tatapan mata seorang perempuan?!
Bukankah aku hanya bisa melihat tatapan mata itu dalam waktu sepersekian detik saja.
Bahkan aku tidak sempat melihat pipi, rambut atau bahkan (maaf) ke arah dadanya.
Dalam waktu sepersekian detik itu aku hanya lihat ke arah kornea matanya dan kemudian syaraf mataku hanya sempat mengirimkan sinyal ke batang otak untuk menyadari bahwa pupil mata orang itu tertuju padaku, dan dalam sepersekian detik kemudian aku menggerakan kameraku ke arah lain, karena rasanya tidak enak bila kornea, pupil dan lensa mata orang itu sempat menghadirkan bayangan dalam retinanya sehingga syaraf2nya sempat mengirimkan sinyal ke otaknya kemudian menyadari bahwa kameraku telah aku arahkan kepadanya sepersekian detik lamanya.
Betul aku tidak bisa pastikan bahwa dia seorang perempuan atau laki-laki, karena dalam waktu sepersekian detik kemudian aku bukannya mengarahkan kembali kameraku padanya, melainkan justru pikiranku terbang ke awang-awang seolah akan berhasil mengabadikan tatapan mata yang sangat unik dan menghasilkan foto sekelas dengan foto tatapan mata gadis Afghanistan yang menjadi cover majalah National Geographic sehingga pembaca di seluruh dunia menyempatkan waktu melihat ke arah foto karyaku minimal sepersekian detik lamanya.
Karena dalam waktu sepersekian detik pikiranku terbang ke awang-awang itulah akhirnya dalam watu sepersekian detik lamanya aku tidak sempat memerintahkan jari telunjukku untuk menekan tombol shutter kamera sehingga aku bisa mengabadikan moment yang hanya terjadi sepersekian detik lamanya dengan kameraku.
Padahal aku sadar betul bahwa kameraku punya kemampuan untuk merekam dalam waktu sepersekian dari sepersekian detik lamanya mataku menatap ke arah matanya yang melihat diriku melihat dirinya lewat lubang kameraku.
Setelah beberapa kali sepersekian detik lamanya.......
akhirnya kamera aku arahkan kembali ke tempat dimana aku selama sepersekian detik melihat tatapan mata tajam dari orang tersebut.
Dan aku tidak yakin apakah aku bisa mengenali orang dengan tatapan mata yang hanya aku lihat selama sepersekian detik itu…..

sampai saat itu,

mata belum juga lelah untuk membidik lewat lubang lensa kamera

rasanya sebentar lagi matahari akan bersembunyi dengan tenang di balik awan cakrawala..........

mas arief
(Melawai, akhir tahun 2006)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home